Dorong Kaderisasi Perajin Sejak Dini

By Abdi Satria


nusakini.com-Semarang – Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Jawa Tengah Siti Atikoh Ganjar Pranowo resmi melantik Pengurus Dekranasda Jateng Periode 2018-2023, Selasa (23/4). Usai dilantik, mereka mesti siap menghadapi tantangan. 

Atikoh menekankan, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang mesti dikerjakan. Termasuk menyusun program kerja yang tepat sasaran sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Terlebih, dengan sistem anggaran Dekranasda Jateng yang melekat pada masing-masing SKPD. 

“Agar penganggarannya lebih efektif dan efisien, saya punya ide agar Dekranasda itu seperti PKK, ada pra-Musrenbang khusus Dekranasda. Kita bisa duduk bersama dengan segenap stakeholders, mulai dari Dekranasda, SKPD, perajin dan akademisi untuk merumuskan apa saja yang dibutuhkan masyarakat. Program itu basisnya harus dari kebutuhan,” ujarnya saat Pelantikan Pengurus Dekranasda Jateng Periode Tahun 2018-2023, Rakor Dekranasda se-Jateng dan Syukuran HUT Dekranasda ke-39 di Wisma Perdamaian, Selasa (23/4). 

Atikoh menambahkan, tantangan lain yang dihadapi oleh Dekranasda saat ini adalah kaderisasi perajin. Pasalnya, menjadi seorang perajin haruslah memiliki talenta seni dan semangat untuk terus berkreasi. Untuk itu, kaderisasi perajin semestinya dimulai sejak dini saat anak-anak masih duduk di bangku sekolah. 

“Karena kerajinan membutuhkan talenta dan cipta rasa, tidak seperti pekerjaan lain. Dari sisi desain, sistem pewarnaan, polanya seperti apa dan itu harus inovatif. Ini perlu kita mulai sejak dini dari anak-anak sekolah karena sekarang mulai dikeluhkan berkurangnya anak muda yang berminat terhadap kerajinan,” ujarnya. 

Ibu satu anak ini membeberkan, upaya pendampingan pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) khususnya di bidang seni kriya, juga menjadi tantangan lain yang dihadapi Dekranasda Jateng. Pelaku UMKM perlu dilatih untuk menyusun pembukuan yang akuntabel, memperoleh akses modal perbankan agar dapat mengembangkan usahanya dan memasarkan produk unggulan dengan memanfaatkan pemasaran konvensional dan digital. 

“Dekranasda itu mendampingi para pelaku usaha, khususnya perajin. Dari sisi pemasaran, conventional market melalui pameran-pameran kita tetap perlu karena konsumen memerlukan sentuhan untuk tahu finishing produknya seperti apa. Tapi perlu pulla dikombinasi dengan digitalisasi pemasaran melalui e-commerce. Dari sisi manajemen pelaku usaha maupun perajin, sistem pembukuan dan sebagainya agar lebih tertib sehingga dapat dievaluasi dengan baik. Modal awalnya berapa, kemudian laku berapa,” lanjut Atikoh. 

Untuk mengakses modal perbankan, dia menyarankan agar pelaku UMKM di bidang kerajinan dapat memanfaatkan program kredit yang murah yang diluncurkan Bank Jateng. Contohnya, program kredit Mitra Jateng 25 dengan plafon maksimal Rp25 juta dan suku bunga tujuh persen atau program kredit Mitra Jateng 02 dengan plafon maksimal Rp2 juta dengan suku bunga dua persen. 

Selain itu, Atikoh juga ingin agar Dekranasda Jateng, kabupaten dan kota dapat berkoordinasi dengan baik dalam memberikan pendampingan terhadap pelaku UMKM kerajinan. Berkat sinergi yang baik, predikat Pembina Teladan Terbaik Dekranas Award berhasil disandang Pemprov Jateng. 

“Alhamdulillah Provinsi Jawa Tengah itu tiga kali berturut turut mendapatkan pembina teladanan terbaik Dekranas Award pada tahun 2013, 2015, dan 2017. Yang terakhir diserahkan langsung oleh Ibu Negara disaksikan oleh Bapak Presiden. Ini adalah penghargaan sekaligus motivasi atau tantangan bagi kita semua bahwa predikat pembinan teladan terbaik untuk Dekranas Award dan dampaknya semestinya dirasakan langsung oleh pelaku usaha, perajin, dan masyarakat luas,” ujarnya. 

Senada dengan Atikoh, Wakil Gubernur Jateng Taj Yasin Maimoen berharap, dengan bertambahnya usia, diharapkan Dekranasda Jateng dapat semakin berkiprah dalam membina perajin, sehingga dapat bersaing di kancah global. 

“Guna mendorong industri kerajinan di Jawa Tengah yang berdaya saing, UKM kerajinan di Jawa Tengah harus lebih kreatif dalam memberdayakan serta mengembangkan usahanya. Potensi pengembangan sektor kerajinan masih sangat terbuka, bahkan untuk menembus pasar internasional. Apalagi setiap kabupaten kota di Jawa Tengah memiliki kekhasan tersendiri dari kerajinan yang dihasilkan,” ujarnya.(p/ab)